Mengapa Saya (Memutuskan) Menulis Buku Puisi 'Hari Ini Kita Merdeka Sekali Lagi'
Entah apa yang membuat saya dan kakak mengumpulkan
puisi-puisi kami untuk diterbitkan. Padahal, puisi –seperti halnya kamu, hehe-
merupakan obyek yang jarang diminati oleh publik di negeri ini. Masih banyak
yang beranggapan bahwa puisi adalah tren usang dan kuno yang monoton di masa
kontemporer ini. Tak kurang juga yang berbicara bahwa puisi hadir dengan
kata-kata yang berbelit-belit dan memusingkan, sehingga sulit untuk dinikmati.
Masyrakat kita lebih memilih nonton Haji
Muhidin ketimbang membaca puisi.
Memang seperti itulah puisi, saya tak bisa menampik. Saya
sendiri kadang merasa kesulitan menafsirkan sebuah puisi. Tengoklah beberapa
bait puisi dalam puisi Perayaan II gubahan
Faisal Oddang ini, Kita telah lupa kapan
pertama kali/ tuhan menciptakan kebahagian/ dan kita
merayakannya sebagai sebuah sunah/ sementara
kesedihan sudah berubah menjadi air mata/ yang tidak lagi mengingat dari
tangisan siapa ia jatuh/ Saya jamin,
jika anda adalah seseorang yang baru pertama kali baca puisi, anda tidak akan
paham sama sekali maknanya.
Tapi justru di situlah nilai
estetika sebuah puisi lahir. Puisi indah karena kata-katanya yang rumit bahkan
irasional. Puisi amatlah menggoda dengan kata-katanya yang membingungkan. Puisi
malah menggemaskan seiring dengan kata-katanya yang bikin pusing tujuh
keliling. Bahkan muncul sebuah stereotip yang berkembang di para penikmat puisi
bahwa semakin membingungkannya sebuah puisi, semakin apik puisi tersebut.
Meskipun ini tidak sepenuhnya benar, juga tak bisa dibilang sepenuhnya salah.
Namun seiring berkembangnya zaman,
puisi lambat laun mulai mendapatkan posisi di hati orang-orang, khususnya
anak-anak muda. Hal ini tak lepas dari komunitas-komunitas sastra yang lihai
memanfaatkan dengan baik potensi media sosial. Mereka mengampanyekan puisi dengan
lewat media sosial seperti facebook dan
twitter.
Salah satu komunitas sastra seperti Narasi Zaman, mereka mengemas puisi yang
elegan dengan mengutip sebait atau dua bait puisi dan mengubahnya menjadi
gambar. Sebuah gambar sederhana yang hanya berisikan kata-kata nan puitis.
Dengan media seperti tadi, tentulah masyarakat akhirnya dapat menerima puisi
karena kalimatnya yang tak terlalu panjang dan pengemasannya yang menarik. Berkat
komunitas-komunitas sastra yang memanfaatkan media sosial dengan baik, puisi
kian populer seiring berkembangnya zaman.
Sebuah indikasi yang mengatakan
bahwa masyarakat kita khususnya anak-anak muda mulai menyukai puisi adalah
mereka yang mulai gemar mengutip bait-bait puisi dari penyair-penyair terkenal
dan bahkan memberanikan diri untuk juga menulis puisi. Mereka juga ikut-ikut
meramaikan jagat maya dengan menulis puisi-puisi singkat dan juga ikut
mengemasnya jadi sebuah gambar. Media sosial menjadi wadah sempurna yang
memudahkan mereka untuk berekspresi dengan bebas.
Beberapa orang memang mulai menyukai
puisi, namun tentu masihlah terpaut jauh bila dibandingkan dengan angka yang
tidak. Puisi masih belum menembus semua elemen masyarakat. Dan dari salah satu faktor
inilah yang membuat saya dan kakak memutuskan untuk menerbitkan kumpulan puisi
kami. Kami ingin puisi juga bisa menjadi sebuah hiburan edukatif yang bisa
dinikmati masyarakat. Sekaligus juga ingin mengajak pada semua orang untuk
mulai percaya diri dalam menuliskan puisinya karena syarat penciptaan puisi tak
harus dengan kata-kata yang retorik, akan tetapi dengan perasaan. Perasaan yang
ingin anda tuliskan pada puisi tersebut.
Apa yang ada di dalam buku ini?
1. ‘Hari
Ini Kita Merdeka Sekali Lagi’ adalah kumpulan puisi saya dan kakak yang pernah
mengenyam pendidikan di Gontor sehingga kaya akan pengaruh sastra Arab.
2.
Semua
hal yang dialami kami, baik yang bersifat personal maupun kejadian nasional,
direkam dan ditulis ke dalam bentuk puisi. Umur kami yang masih dalam tahap
menuju dewasa memengaruhi materi, tema, hingga gaya dan diksi pada penulisan
puisi-puisi kami.
3.
Gara-gara
puisi, saya pernah diskors dari Gontor selama satu tahun ajaran. Di dalam buku
ini saya menceritakan sedikit bagaimana puisi bisa sampai membuat saya diskors
4.
Beberapa
bentuk puisi di buku ini tidak seperti bentuk puisi kebanyakan. Kami terilhami
pula oleh teknik penulisan copywriting yang
juga biasanya dipakai pada iklan-iklan sebuah produk perusahaan. Maka dari itu,
beberapa puisi di sini relatif singkat, lugas, dan dapat membekas dengan mudah di kepala .
Selebihnya, buku puisi ini adalah
buku puisi biasa yang dinilai oleh anda, apakah buku ini layak menjadi daftar
baca anda ataukah anda lebih memilih nonton Haji Muhidin?
ISBN: 978-602-0996-17-2
Cetakan pertama, Agustus 2016
viii + 70 hlm
13,5 cm x 20 cm
Saat ini kami hanya menyediakan ebook (pdf) bagi para penikmat buku digital dengan harga relatif murah Rp22.000,00
Karena tidak beredar baik di alam kubur maupun alam barzah, buku ini hanya bisa dipesan via Telepon/SMS 087774807963
Comments
Post a Comment